Hubungan Terlarang

0 Comments


Ini adalah salahsatu tugas dari sekian banyak tugas-tugas matakuliah etika yang saya jalani sewaktu menempuh semester tiga. hehehe ^^

Seorang sahabat saudara sering melakukan hubungan seks dengan pacarnya. Beberapa kali dia menceritakan hal tersebut kepada saudara. Jika saudara diminta untuk memberikan penilaian dari sudut etika karakter, apa yang akan menjadi sikap saudara? Apa yang akan saudara sampaikan dan lakukan terhadap sahabat saudara? Apa yang akan saudara lakukan pada diri saudara sendiri? 

Sikap saya melalui penilaian dari sudut etika karakter tentang apa yang dilakukan oleh saudara ini (seks diluar nikah)/ percabulan) :

            Menilai dari sudut etika karakter tentang bagaimana sikap saya terhadap permasalahan tersebut adalah, reaksi pertama yang saya rasakan sudah pasti sedih dan juga menyesal. Bagaimana pun juga hal tersebut (hubungan seks terlarang), itu sudah terlanjur terjadi berkali-kali, bahkan mungkin perbuatan itu dilakukan dengan tanpa beban lagi karena sudah terbiasa. Meskipun demikian menurut saya tidak ada kata terlambat bagi kita untuk saling mengingatkan dan menegur akan hal-hal yang tidak baik (melanggar etika moral)  yang dilakukan, daripada hanya sekedar melihat/ mendengar dengan sedih dan menyesali/ prihatin.
            Sebagai insan Kristiani kita mengerti benar bahwa hubungan seks di luar pernikahan adalah perzinahan. Tubuh kita adalah bait Allah yang kudus, kita harus menjaga kesucian/ kekudusan bait Allah ini. Seks diluar pernikhan sudah tidak sesuai pribadi yang berkarakter Kristus. Pribadi yang berkarakter Kristus berarti pribadi yang mengasihi, jika kita melakukan seks diluar pernikahan itu artinya kita tidak mengasihi diri sendiri. Bagaimana kita bisa mengasihi orang lain jika diri pribadi kita pun tidak kita kasihi. Seks bebas merupakan karakter pribadi yang merusak, tidak hanya merusak diri sendiri tetapi juga merusak orang lain. Dan yang lebih parah adalah merusak hubungan relasi kita dengan Tuhan. Bagaimana kita merasa/ mengaku mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan sementara yang kita lakukan adalah tetap tinggal dalam dosa perzinahan/ percabulan.
            Tidak ada larangan untuk berpacaran/ menjalin hubungan dengan lawan jenis, dalam rangka saling mengenal/ menjajaki pribadi calon pasangan hidup sebelum benar-benar melangkah dalam sebuah pernikahan kudus. Sebagai pribadi yang beretika/ bermoral dan berkarakter Kristus, seharusnya memanfaatkan masa berpacaran untuk saling mengenal karakter pribadi pasangan/ pacar, dan membawa diri kita serta pasangan untuk makin dekat dengan Tuhan serta bertumbuh dalam karakter seorang murid Kristus, bukan jatuh dalam hawa nafsu kedagingan dengan percabulan.
            Dalam hal ini sikap saya adalah dengan tegas sangat menentang percabulan yang dilakukan oleh saudara ini apapun alasannya, karena itu jelas-jelas melanggar etika moral dan bertentangan dengan kehendak Allah, terlebih lagi kita sebagai pribadi yang berkarakterkan Kristus. Saya tidak akan pernah sedikitpun memberi toleransi dalam dosa percabulan ini.

Apakah yang sebaiknya saya lakukan pada saudara kita yang terlanjur melakukan hubungan seks diluar nikah/ seks bebas ?
                Mungkin akan sulit dan memerlukan pendekatan yang lebih ekstra hati-hati, jika orang itu tidak membuka diri/ terbuka dengan kita dengan seks diluar nikah yang mereka lakukan. Tetapi disini saudara kita telah membuka diri dan bercerita kepada kita tentang seks bebas yang ia lakukan, sehingga pendekatan kita untuk masuk dan menyampaikan pandangan-pandangan serta teguran-teguran akan lebih mudah.
            Saya akan sampaikan bahwa perilaku seks bebas/ seks diluar nikah melanggar etika moral dan yang lebih penting lagi adalah menentang ajaran Tuhan. Dalam agama apapun tidak mengijinkan adanya seks bebas. Seks yang benar dihadapan Tuhan  dan masyarakat (terlebih untuk kita)/ masyarakat yang hidup dengan adat ketimuran yang kental dan sarat dengan norma-norma kesopanan serta kesusilaan adalah melalui pernikahan. Masyarakat luas sangat menentang seks bebas, dan tentunya hal ini tidak benar dihadapan Tuhan.
            Saya akan sampaikan dengan tegas bahwa seks diluar nikah itu adalah dosa dan harus segera diakhiri. Meskipun tidak akan mudah karena sudah dilakukan berkali-kali. Bagaimanapun juga seks ibarat narkotika yang dapat mencandu bagi pelakunya. Tidak akan mudah untuk menghentikannya tanpa didasari usaha yang sungguh-sungguh, dengan penuh kesungguhan hati dan mohon pertolongan dari Tuhan sendiri untuk memapukannya. Selain yang utama adalah dosa juga resiko-resiko tertular penyakit yang berbahaya dan kehamilan diluar nikah. Jadi baik pelanggaran moral, dosa, juga resiko-resiko yang lain yang sangat mungkin terjadi akan saya paparkan. Saya akan mengingatkan dengan tegas bahwa tujuan utama Tuhan menciptakkan seks adalah untuk melanjutkan keturunan, bukan sekedar untuk bermain bersenang-senang menurti hawa nafsu diri.
            Langkah kedua yang akan saya sampaikan adalah bahwa dosa percabulan yang sudah dilakukan itu harus dipotong, dicabut dari akarnya sekaligus. Tidak bisa dihentikan dengan cara memotong sedikit demi sedikit (dengan mengurangi porsi/ menurunkan tingkat percumbuan), karena memberi toleransi pada tingkat-tingkat percumbuan yang dilakukan akan terus menuntun langkah yang membuat diri jatuh dalam dosa percabulan/ seks bebas. Semakin memberi toleransi maka semakin sulit untuk mengendalikan diri/ hawa nafsu.
            Ketiga, saya tegaskan bahwa tidak akan ada toleransi dalam hal baik/ buruk, dosa/ suci, salah/ benar. Ketika kita bertoleransi terhadap dosa/ pelanggaran dengan membelok-belokkan/ mencari-cari pembenaran, maka kita tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari dosa itu/ bertobat dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu ketegasan sikap dan kesungguhan hati tanpa ada toleransi terhadap dosa-dosa itu sendiri sangat diperlukan dalam pertobatan.
            Keempat, untuk dapat kembali menjadi pribadi baik, yang sehat, yang berkarakter Kristus dengan meninggalkan percabulan itu, maka yang pertama-tama dilakukan adalah harus masuk dalam tahap pemulihan, yaitu pemulihan hati, pemulihan pribadi/ karakter moral. Kita harus menjaga hati, pribadi/ karakter dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah batas-batas moralitas hidup akan dimulai.
            Setelah menolong dalam tahap pemulihan hati, pemulihan pribadi/ karakter moral yang berkarakter Kristus, maka akan saya tolong saudara saya ini untuk melangkah ketahap berikutnya yaitu tahap pengembangan diri. Pengembangan pribadi dengan moralitas yang berkarakterkan Kristus yaitu hati dan karakter yang sudah dipulihkan sepenuhnya, ini sungguh amat baik tetapi tidak boleh berhenti sampai disini saja. Pengembangan pribadi ini harus terus berkembang ketingkat-tingkat pembaharuan hidup dan berbuah, melalui buah-buah yang nyata dalam tindakan-tindakan yang nyata. Mengembangn diri dan pribadi kearah yang positif dalam pikiran maupun tindakan, yang semakin terarah mendekat kepada Tuhan. Dengan demikian buah-buah pertobatan melalui proses pemulihan dapat dilihat dan dirasakan baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain dengan terus mengmbangkan diri.
            Setelah saudara tadi mampu melakukan tahap pemulihan dan pengembangan diri dengan buah-buah yang nyata, maka saya akan bimbing, mengajak dia untuk masuk dalam tahap pemaksimalan. Saya akan terus memotivasi dia untuk memaksimalkan diri dalam mewujudkan buah-buah pertobatannya. Pemaksimalan diri ini akan tidak terbatas pada pembaharuan-pebaharuan hidup yang berkembang terus-menerus sebagai pribadi yang berkarakter Kristus, dengan terus-menerus memperbaharui diri pribadi kearah yang lebih baik dan semakin dekat pada Tuhan. Saya akan terus memotivasi dan menolong dia untuk selalu menjaga hati dengan segala kewaspadaan dan terus berserah mohon pimpinan Tuhan, sehingga dimampukan untuk tetap terus tinggal dalam pertobatan dan pembaharuan hidup. Saya yakin dan optimis bahwa saudara ini akan mampu untuk bertobat dan mengalami pembaharuan hidup, karena hati manusia adalah hati yang elastis, hati yang mudah dibentuk kearah yang lebih baik jika benar-benar berserah dan mohon penguatan, pertolongan pada Sang Penjunan.

Tindakan yang akan saya lakukan pada diri sendiri :
            Melihat dan menerima bahwa tidak ada pribadi yang sempurna. Orang yang baik sekalipun selalu hidup bersebelahan dengan keburukan. Pengalaman saudara tadi akan saya jadikan pelajaran berharga pada diri saya. Puji Tuhan bahwa sampai saat ini saya masih hidup dengan menjunjung tinggi moralitas, saya masih mempertahankan kesucian tubuh sebagai baitNya yang kudus, sehingga dosa percabulan tidak pernah saya lakukan.
            Saya akan terus berusaha memperlakukan diri saya sendiri dengan hormat, karena diri dan tubuh ini adalah pemberian Tuhan yang baik dan kudus. Saya akan terus menghargai, menghormati, mensyukuri dengan senantiasa berusaha dengan keras dan sungguh-sungguh dalam menjaga kesucian diri, melalui segala kewaspadaan, sehingga saya dapat terus hidup dengan batas-batas moral kehidupan yang diperkenan kepada Tuhan.
            Saya akan terus melatih dan menjaga diri saya untuk dapat terus menghindari dan terlepas dari dosa-dosa percabulan. Saya akan terus berusaha untuk selalu ingat dan menyadari, bahwa tubuh dan diri saya ini adalah milik Tuhan, sehingga saya akan selalu dengan tegas mengatakan “tidak” pada diri saya sendiri tentang percabulan, apa pun alasannya tidak akan pernah saya berikan toleransi pada diri saya. Dalam hal ini saya sungguh yakin dan percaya, dan akan terus menanamkan pada diri saya, bahwa bersama Dia Sang Pemberi, Sang Pencipta tubuh ini saya akan dimampukan untuk menjaga kekudusan baitNYA.


            


You may also like

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.