Ibarat Pohon

0 Comments





Kehidupan seseorang dalam hal hubungannya dengan Tuhan atau Kepercayaan akan Sang Pencipta, dapat dilukisan seperti sebuah pohon. Kehidupan sebuah pohon dimana akar, batang, ranting daun dan buah merupakan satu rangkaian yang saling mengkait satu sama lain.

Demikian juga tentang religius, spiritualitas, iman, theologi dan agama, semua saling berkaitan seperti tumbuhnya sebuah pohon yang sempurna yang memiliki akar, batang, ranting, daun dan buahnnya. Religion/religius yang digambarkan sebagai akar merupakan pusat kehidupan atau pondasi kehidupan dimana kehidupan itu berlangsung. Melalui akar/religius tersuplailah hal-hal mendasar yang menunjang kehidupan  yang dijalani sehingga tumbuh, hidup, kuat dan berkembang. Religius ini bersifat luas tak berbatas dan sangat pribadi bagi setiap individu. Sesuatu yang ada pada individu dimanan ada dan bertumbuhnya tidak dipengaruhi atau tergantung pada sesuatu hal/faktor-faktor yang lain, akan tetapi keberadaannya sangat mempengaruhi aspek-aspek/ faktor-faktor yang lain bagi individu itu sendiri.
Batang pohon yang digambarkan sebagai spiritualitas seseorang, merupakan sesuatu yang sudah hidup, yang kuat dan berkembang. Spiritualitas/batang pohon ini sudah melaksanakan fungsi kehidupan secara baik, taat, saleh dan benar sesuai yang sudah menjadi keyakinan akan hal-hal yang diterimannya yang menjadi kepercayaannya yaitu hidup yang benar dan saleh. Spiritualitas/batang ini mengaplikasikan kesalehan hidup itu secara konkret melalui karya hidup yang nyata, seperti batang pohon yang terus bertumbuh maka spiritualitas juga terus menerus memperbarui hidup dengan mengoreksi dan memperbaiki karya kehidupan yang dilakukan. Ketergantungan kehidupannya pada akar/keterikatan hidup yang erat antara batang degan akar/ religius dengan spiritualitas, merupakan sebuah hubungan yang indah dan tanggung jawab serius karena spiritualitas menekankan pertanggung jawaban atas segala karya kehidupannya di hadapan Tuhan Sang sumber kehidupan. Namun demikian hubungan ini sangat intim dan menyenangkan, bukan sesuatu yang menakutkan/tidak menyenangkan.

Kehidupan keimanan dilambangkan sebagai ranting, yaitu bahwa spiritualitas yang baik, yang terus menerus berkembang dan diperbaharui menuju kesempurnaan ibarat batang pohon yang menghasilkan ranting-ranting. Dengan tumbuhnya ranting-ranting ini maka akan memperkuat dan menolong batang untuk terus tumbuh berkarya dengan lebih kuat dan luas. Iman/ranting melekat kuat dengan spiritualitas/batang, dengan keyakinan yang kuat ini maka ranting/iman melaksanakan apa yang diyakini dimana ia melekat selama ini yaitu spiritualitas/batang tersebut dengan melakukan /mewujudnyatakan apa yang menjadi tujuan utama dari spiritualitas itu.
Dengan adanya akar, batang dan ranting atau religius, spititualitas dan iman maka tumbuhlah daun/agama. Daun/agama ini merupakan sarana/tempat/symbol dalam mengekspresikan kehidupan rohani yang tumbuh dan diyakininya. Daun/agama memberi identitas pada kerohanian itu sendiri/memberi ciri khas yang khusus  pada pohon yang tumbuh. Daun/agama memberi identitas pada keimanan yang ada, bahkan tidak hanya memberi ciri khas yang khusus serta identitas tetapi juga memperindah/menarik. Dengan daun/agama yang memberi identitas serta daya tarik yang indah maka akan dapat semakin memperluas karya-karya nyata yang dilakukan hingga menghasilkan apa yang menjadi tujuan utama dari adanya kehidupan itu sendiri. Daun/agama membantu mengolah segala sesuatu yang sudah dihasilkan ataupun yang diserap oleh semua  unsur sehingga menghasilkan energi kehidupan untuk terus berkembang.

Akar, batang, ranting dan daun/ religius, spiritualitas dan agama, semua tumbuh melekat menjadi satu kesatuan dengan melaksanakan fungsinya masing-masing dalam karya nyata melalui seluruh unsur kehidupan, maka berbuahlah/ menghasilkan buah/ theologi. Dengan semua unsur yang ada membuat semakin hidup/semakin berhikmat yang kemudian mendorong untuk lebih bisa memberi sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi hingga mencapai kesempurnaan. Buah/theologi akan terus belajar bagaimana berinteraksi yang benar, yang baik hingga bertumbuh menjadi buah yang baik dan matang dan bisa berfungsi/bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan. Untuk dapat mencapai kesempurnaan itu buah/theologi akan terus mempelajari/memberi pembelajaran  bagaimana mengenal, tahu, kemudian  membangun relasi yang baik dengan Sang khalik yang diyakini, diimani dan menjadi kelekatannya. Buah harus menerima suplay/asupan makanan yang  diberikan dan diolah melalui akar  batang, ranting dan daun untuk dapat menjadi buah  yang baik, matang dan sempurna sehingga bisa bermanfaat dan berfungsi sebagaimana seharusnya.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa kelima unsur diatas adalah saling berkaitan satu dengan yang lain, tidak dapat terpisah-pisah sehingga apa yang menjadi pokok utamanya/tujuan utamanya dapat tercapai. Satu sama lain saling mempengaruhi untuk ada, hidup, bertumbuh, berbuah dan menjadi sempurna. Satu sama lain berdiri saling mendukung menuju kesempurnaan.




You may also like

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.