SAYUP MELODI DIUJUNG SENJA

0 Comments

Fairy bersenandung pelan nyaris berbisik, gadis ramping nan elok itu, rambut pirangnya tergerai setengah basah menari-nari indah tertiup angin senja itu. Fairy bersandar diteras villanya yang mungil dan senyap. Nuansa senja itu tidak kuning atau pun jingga, lebih gelap dari biasanya dan gerimis kecilpun masih terus meluncur membasahi komplek Villa Bukit Baiduri dan sekitarnya. Pandangan lembut Fairy menyapu kebun bunga yang basah, mengamati satu persatu bunga-bunga cantik dalam pot antik yang berjajar disekeliling teras dan jalan masuk ke Villanya. Lelah bersandar Fairy duduk di kursi rotan.

“Beautiful girl... wherever you are” Fairy yang setengah mengantuk membuka matanya mendengar suara lembut merdu diiringi melody piano yang terdengar sayup-sayup itu. Suara senandung lembut seorang pria, kadang terdengar begitu dekat seolah berbisik di telinganya, kadang begitu samar hampir menghilag. Fairy berusaha konsentrasi mencari asal dan arah senandung itu, dia melangkah menembus gerimis  berjalan keluar gerbang villanya. Ohh.... “ dari sana.... ya dari sana.... dari villa besar bercat putih disebelah utara villanya,” Fairy berbisik lirih. “Besar sekali villa itu dan oh sedikit seram, cukup lebat tetumbuhan yang mengelilinginya,” gumam Fairy pada dirinya sendiri. Fairy hampir menghentikan ayunan langkahnya karena letak villanya itu lumayan jauh dari villanya, tetapi rasa penasaran membuat kakinya terayun.

Semakin mendekat suara itu semakin menghilang, yah suara merdu laki-laki itu menghilang tinggal suara melody piano yang merdu yang terus mengalun. Sebenarnya Fairy tidak tahu siapa pemilik dan penghuni villa itu. Ayahnya baru satu bulan membeli villa di komplek itu dan baru kemarin Fairy tiba sendirian untuk berlibur di villanya, dia belum mengenal seorang pun di daerah ini.

Fairy tersentak kaget saat sadar dirinya sudah berjalan jauh memasuki halaman villa besar itu, karena sejak tadi dia hanya konsentrasi dengan suara piano yang indah itu, hingga tidak memperdulikan jalan yang dia lalui.

Dan......... upppsssss!!! Jantung Fairy hampir berhenti berdetak karena tiba-tiba seekor kucing besar hitam dan bermata hijau tajam melintas di depannya, sangat cepat bagai kilat dan menghilang dari pandangannya. Fairy berhenti, kedua tangannya memegang dadanya yang berdegup cepat. Fairy tercekat dan merinding, tetapi dia merasa sudah terlanjur jauh melangkah, tanggug kalo harus berbalik lagi, apalagi kembali dengan sejuta rasa penasarannya, “ahhhh..... aku tidak mau, aku bukan gadis penakut”, bisiknya dalam hati.

Fairy berdiri terpaku didepan pintu kokoh berukir villa besar itu. Melody piano masih mengalun lembut dari dalam villa itu. Fairy tidak memperdulikan dirinya yang basah. Dia mencari-cari bel pintu atau lonceng tetapi tidak melihatnya. Fairy menggigit bibir ranumnya yang mulai membiru, mengusap-usap hidungnya yang mancung  sambil maju kedepan dengan sedikit mengigil karena dingin. Fairy berdiri tercekat karena suara merdu laki-laki itu kini terdengar bersenandung lagi. Dengan mantap Fairy mengetuk pelan pintu besar berukir itu., tetapi baru mengetuk sekali pintu itu berderit dan terbukak lebar. Tidak ada orang, Fairy mengucap salam tidak ada yang menyahut. Tiba-tiba suara merdu laki-laki itu menghilang lagi tinggal alunan piano yang lembut dan “byar”!!! serentak lampu-lampu menyala meskipun hanya redup kekuningan tetapi cukup menyinari senja yang semakin gelap.

Fairy memberanikan diri melangkah memasuki ruang tamu yang redup itu dan wooowww...... meskipun agak gelap dia dapat melihat dengan jelas nuansa ruangan yang megah dan dipenuhi hiasan barang-barang mewah nan antik serta lukisan-lukisan mahal. Aroma bunga segar semerbak memenuhi ruangan dan ohhhhh.... Fair terkejut ternyata dari tadi kakinya menginjak-injak tebaran bunga melati dan mawar putih di atas karpet tebal yang menutupi sebagian besar ruangan itu.

“Hemmmm... kenapa suara piano itu semakin lirih?”, Fairy bertanya-tanya dalam hati. Fairy berjalan kearah ruangan dimana alunan piano itu berasal. Pintu ruagan itu terbuka lebar namun gelap karena tanpa disinari lampu. Fairy berjalan pelan-pelan memasuki ruangan ini. Alunan piano semakin lirih terdengar, meong.... suara kucing memecah keheningan yang beku dan tiba-tiba lampu redup ruangan itupun menyala tetapi bersamaan dengan itu alunan lembut piano pun berhenti. Fairy mengamati ruangan itu, “kosong” bisiknya pelan. Sebuah piano besar, cantik dan antik berwarna hitam mengkilap sangat terawat terletak disudut ruangan itu. Sepi tidak ada orang dan hanya ada satu pintu yang dia lewati tadi. “lalu siapa yag besenandung dan memainkan piano ini?”, Fairy kembali bergumam lirih.

Tiba-tiba bau harum semerbak menyergak di ruangan remang itu dan “meong”!!! kembali terdegar suara kucing, bersamaan dengan itu lampu ruangan itu pun padam. Fairy berlari keluar kembali keruang depan. Dengan penuh rasa ingin tahu dan perasaan takut, Fairy berjalan mengelilingi bagian dalam villa itu namun tak seorang pun ditemuinya. Fairy kembali keruang pertama dia masuk dan memutusan untuk segera meninggalkan villa itu Fairy  terpekik kecil saat mendekati pintu keluar sebuah figura jatuh didepannya.  Fairy kaget, “oh... darimana... darimana kenapa tiba-tiba tejatuh disini?”, gumamnya pelan. Ia memungut figura itu dan woww... hatinya berdebar kencang menatap pria tampan, gagah dan bermata tajam dalam lukisan itu. Fairy merasa berat untuk berpaling dari tatapan lukisan itu apalagi melepaskannya. Fairy cepat-cepat keluar sambil memeluk lukisan itu. Sampai diluar tiba-tiba “brakkk” pntu villa menutup keras dan semua lampu pun padam serentak. Fairy ketakutan dia berlari sekencang-kencangnya tanpa menoleh dan berhenti sambil memeluk lukisan itu. “upppssss.... maaf maaf”... Fairy menunduk mohon maaf. Dia hampir menabrak nenek berpayung hitam  yang tersenyum manis padanya. Dan dia baru sadar kalau sudah sampai depan gerbang villanya dengan basah kuyub. “hemmm... maf oma, apa oma tau siapa pemilik villa besar itu?” oma itu tersenyum, “oh villa itu sudah dua tahun kosong, tepatnya sejak Mr. Prince pria tampan dan bersuara merdu dan pandai bermain pano pemilik villa itu ditemukan meninggal  tertelungkup di atas piano kesayangannya oleh salah seorang anak buah pekerja perkebunan miliknya.” “Masuklah sayang sudah malam tidak baik diluar”. Dan oma cantik itu pun berlalu. Fairy berlari kecil memasuki villanya yang tadi ditinggalkan begitu saja. Di kuncinya rapat-rapat semua pintu dan jendela , diletakannya diatas tempat tidurnya lukisan tadi lalu mandi. Fairy keluar kamar mandi sangat cantik meski tampak lelah dengan gaun tidur warna putih berenda. Dengan lembut dia duduk diranjangnya yang empuk. “Beautiful girl... senandung merdu dan alunan piano itu kembali terdengar, Fairy meraih lukisan pria tampan itu dan menatapnya lekat-lekat. Pria tampan itu seolah tersenyum padanya, Fairy merasakan yang hangat menyentuh pundaknya dan merebahkan dirinya. Fairy tidak dapat melihat siapa yang menyentuhnya,  dia hanya merasa nyaman, lelah dan mengantuk. Fairy berbaring, jari jemari lembutnya menyusuri wajah dalam lukisan itu dan matanya yang mengantuk sedikit terbelalak membaca huruf-huruf kecil di sudut lukisan itu, “Mr. Prince”. "Oh jadi ini dirimu”, bisiknya lirih. Fairy memejamkan matanya sambil mendekap erat lukisan itu dipelukannya. Perasaan hangat mengalir dihatinya  Semakin sunyi dan senyap hanya suara  senandung sayup-sayup nan merdu dan aluan piano dari villa besar itu yang terdengar memecah kesunyian. Entah apa yang akan terjadi esok hari biarlah menjadi teka-teki untuk malam ini. Itulah bisikan lirih terakhir Fairy sambil tersenyum manis sebelum dia tertidur pulas untuk selama-lamanya....





You may also like

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.